Example floating
Example floating
BeritaDaerah

Jalan Tak Layak Pakai, Guru di Bastem Utara Terpaksa Menginap di Sekolah

18
×

Jalan Tak Layak Pakai, Guru di Bastem Utara Terpaksa Menginap di Sekolah

Sebarkan artikel ini

Foldernusantara | Luwu – Guru Pendidikan Agama Islam SDN 666 Pangiu, Kecamatan Bastem Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Asmiati Abdullah (51), harus menempuh perjalanan berat setiap pekan demi memenuhi tugas mengajar di wilayah terpencil tersebut.


Asmiati telah mengabdi sebagai guru honorer P3K sejak 2022 bersama tiga rekannya, Jauhari, Irma Devyanti, dan Nur Fadila. Mereka merupakan guru perempuan yang ditempatkan di kawasan Bastem Utara, salah satu wilayah dengan akses jalan paling sulit di Kabupaten Luwu.


Sebelum bertugas di Bastura, Asmiati telah mengajar di SDN 20 Cimpu, Kecamatan Suli, sejak 2004. Ia mengaku tidak pernah membayangkan akan ditempatkan di Pangiu dan baru pertama kali menginjakkan kaki di wilayah tersebut pada 2022.


“Saya kira Walenrang sekolahnya, tapi waktu saya cari ternyata di Bastura,” kata Asmiati saat dikonfirmasi, Kamis (27/11/2025).


Asmiati mengatakan, dirinya harus menyewa motor untuk mencapai lokasi sekolah karena jalan menuju Pangiu tidak bisa dilalui mobil. Ia mengaku menangis ketika pertama kali melihat medan yang curam dan berlumpur.

Baca Juga :   Klarifikasi PT Masmindo Dwi Area Terkait Isu Pemberitaan Kerjasama dengan Freeport-McMoRan


“Pertama kali masuk di lokasi itu, saya menangis. Seumur hidup baru lihat medan seperti itu,” ujarnya.


Untuk tiba di sekolah setiap pekan, Asmiati harus berangkat dari Cimpu menuju Palopo, lalu melanjutkan perjalanan ke Bastura menggunakan ojek dengan biaya Rp 120.000 hingga Rp 200.000 sekali jalan. Saat hujan, kondisi jalan semakin parah dan pernah membuatnya mengalami kecelakaan.


“Ban motor lari ke kiri, kami jatuh ke kanan. Motor tergelincir, mau maju mundur tidak bisa. Kami terjun ke bawah, tapi alhamdulillah selamat,” jelasnya.


Karena tidak ada rumah dinas, Asmiati dan rekan-rekannya memilih tinggal di sekolah. Satu ruang kelas berukuran 6×6 meter disekat menggunakan gorden menjadi empat ruang kecil sebagai tempat tidur dan beristirahat.


“Kami sekat dengan kain gorden, dibagi empat. Sekitar dua meter kali enam meter untuk satu orang,” ungkapnya.


Sebagai guru agama, Asmiati mengajar 52 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Ia menyebut anak-anak di Pangiu cukup rajin, meski sebelumnya sempat sering absen saat ada pesta warga atau acara kematian. Situasi itu kini telah membaik setelah kepala sekolah menegaskan kewajiban hadir sebelum mengikuti kegiatan adat.

Baca Juga :   Bukan Cuma Urusan Bank, Kejati Sulsel Kini Jadi Partner Strategis BSI


“Alhamdulillah, sudah rajin sekarang,” tuturnya.


Asmiati berharap pemerintah dapat memperbaiki akses jalan, menyediakan rumah dinas, serta memberikan tambahan tunjangan bagi guru yang bertugas di daerah terpencil.
“Yang pertama, semoga jalan diperbaiki. Itu paling penting. Yang kedua, rumah dinas. Yang ketiga, kalau bisa ada tambahan tunjangan untuk daerah pelosok,” ujarnya.


Ia menegaskan bahwa meski medan sulit dan jauh dari keluarga, semangat mengajar tetap menjadi prioritasnya.


“Anak-anak di sana masa depannya bagus. Itu yang selalu saya ingat,” kata Asmiati.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *